Selasa, 14 April 2015

“Halte, Hentian Cintaku" - Episode 1 - "Hujan"

‪#‎MiniDrama‬
“Halte, Hentian Cintaku" - Episode 1 - "Hujan"
by Shamy & irfan  ‪#‎GilaAksara‬
-----------------------------------------------
HUJAN
-----------------------------------------------
Siang itu butik Jasmine tampak lengang, bukan karena baru saja buka. Namun, biasanya pukul 10 sudah banyak pengunjung yang mampir ke toko. Mungkin karena rinai hujan itu terlalu lebat untuk ditembus. Jasmine, tengah merapihkan satu set ‘tuxedo’ atau lebih dikenal jas lengkap dengan dasi dan rompinya, terbalut rapi pada sebuah manekin. Patung-patung berpostur ideal itu dipajang rapi pada dashboard kaca butik. Jasmine membuatkan jas itu, untuk seorang pria yang dulu ia harapkan sebagai calon suami.
Hanya saja, cinta tidak pernah bisa ditebak bagaimana akhirnya, seperti hujan ini. Siapa sangka mereka akan datang, padahal tadi pagi laporan cuaca memastikan Jakarta akan cerah nanti siang. Setiap rintiknya, menimbulkan kenangan lama itu bangkit kembali, terutama pada sosok pria calon pemilik jas itu. Di tengah guyuran hujan dan halte itu, menjadi saksi pertemuan mereka.
"Bang berhenti, Bang!" Teriak seorang gadis di seberang jalan di bawah rintikan hujan yang amat deras, sampai membuat dia basah. "Ketinggalan bus lagi deh." Kemudian wanita tersebut terdiam dan merasa teduh, badannya seperti tidak diguyur hujan, lalu ia menoleh. "Kamu siapa?"
"Ketinggalan bus? Mau ke halte?" Seorang pemuda yang tiba-tiba muncul seraya memayungi wanita tersebut mencoba menawarkan.
"Kenapa? Mas mau nganter?"
Pemuda itu mengangguk lalu mereka berjalan menuju halte terdekat.
"Ini mas dua ribu, terima kasih ya?"
"Maksudnya?"
"Mas ojek payung bukan?"
Pemuda tersebut kembali tersenyum sambil berkata, "Ishh nggak, Neng! Saya juga mau ke halte kok," jawab pemuda itu. "Jadi, tadi saya melihat neng lari-larian, sambil teriak-teriak memanggil bus, lalu saya cepat-cepat samperin."
"Oh gitu?" Ujar wanita tersebut sambil mengusap-usap bajunya yang basah. "Saya minta maaf ya, Mas, kirain ojek payung."
"Oh iya, kenalin nama saya Irfan," sambil menjulurkan tangan lalu dengan cepat wanita tersebut meraihnya, "Saya, Jasmine!"
Keduanya saling melempar senyum, untung halte tersebut bisa menjadi tempat mereka berteduh sementara sembari menunggu bus terakhir datang.
Phuk phuk phuk ... Jasmine memukul-mukul jam tangannya.
"Kamu ngapain, Neng Jas?"
"Ini Mas, jam tangan saya kemasukan air kayaknya, maklum bukan water resistant jadi begini nih."
Irfan tersenyum.
"Kenapa, Mas? Ada yang salah?"
"Nggak kok, Neng Jas, lucu aja sih, kamu panggil saya mas."
"Lah kamu juga Mas, manggil saya pake neng-neng segala. Oh iya! Jangan Jas dong! Panggil saja mine atau miny, soalnya semuanya manggil aku begitu."
"Kalo semua orang manggil kamu mine dan miny, saya harus beda dong, saya tetapkan manggil kamu Jas."
"Huft .... Okelah .... Tapi jangan pake neng ataupun eceu!"
"Yaudah kita panggil nama aja! Oh iya, gaya ngomongnya jangan terlalu formal lagi ya!"
"Oke deh, Fan, kenapa emangnya? Serasa lu ngomong ama atasan ya?" Ujar Jasmine memulai akrabkan diri, "Eh, jam berapa Fan?"
Jasmine merasa ada yang aneh, mengenal pemuda itu seperti sudah kenal cukup lama. Dia pria yang easy-going, dan enak diajak ngobrol. Logika Jasmine pun tidak bisa menjelaskan, entah kenapa dia menjadi merasa nyaman di dekatnya. Irfan tersenyum kembali seraya menjulurkan jam di pergelangan tangan.
"Kenapa sih ? Senyum-senyum terus? Sedikit sedikit senyum, sedikit sedikit senyum, senyum kok sedikit-sedikit."
"Mau aja, Jas," jawab Irfan singkat.
"Hobby senyum apa mau pamer gigi Fan?"
"Senyum sambil pamer gigi, hehehe ...."
Jasmine meniup-niupkan udara sambil menggosok kedua telapak tangan lalu ia tempelkan di pipi.
"Kenapa? Dingin?" tanya Irfan.
"Ya begitulah."
Irfan tersenyum kembali, senyuman ramah pemuda itulah yang membuat Jasmine merasa nyaman. Kemudian Irfan membuka ranselnya dan mengeluarkan sebuah jacket. "Nih pake, Jas!"
"Terus lu, Fan?"
"Udah pake aja, dingin kan?"
"Iya sih," jawab Jasmine. "Oh iya jam berapa tadi?"
Irfan melihat jam di tangannya, "jam 17 kurang 15 menit Jas!"
Jasmine mencoba menarik nafas dalam-dalam sembari memakai jacket Irfan.
"Ya tuhan, bus nggak ada yang lewat, cuaca makin dingin, langit pun gelap banget!"
Selang beberapa menit dua buah mata bersinar, dari balik rinai hujan lebat. "Eh, itu bus datang, Jas!" teriak Irfan sumringah.
Setelah bus mendekat, dan melihat kondisi bus yang penuh, Irfan dan Jasmine saling berpandangan sejenak.
"Naik sajalah, Jas!" suruh Irfan.
Jasmine terdiam sejenak. "Nggak ah! Penuh Fan, kalo gue naik, lalu lu bagaimana?" Secara tak sadar timbul rasa peduli pada pria yang baru saja ia kenal.
"Gue? Sudahlah gampang!"
"Gue nggak naik ah!"
"Udah naik aja Jas, lu ini kenapa? Tadi nungguin bus, sekarang ada di depan mata malah ragu. Kasihan bus nya nunggu kamu!" ujar Irfan bercanda hangat. "Naiklah ...."
Jasmine melangkahkan kakinya, lalu mencoba membuka jacket Irfan, "ini jaketnya gue buka ya?"
"Nggak usah Jas! Pakai saja dulu! Dingin kan?" sanggah Irfan di depan pintu bus. Jasmine mengangguk, lalu masuk ke dalam bus tersebut, seraya menoleh ke arah Irfan.
"Fan nomor hape?" Teriak Jasmine, namun pintu bus sudah tertutup kemudian mulai melaju meninggalkan halte. Irfan kembali duduk di halte tersebut, ditemani derasnya hujan sore itu, "kenapa ampe lupa minta nomor hape ya?" gumam Irfan, sambil menggaruk kepala karena merasa bodoh, ia malah senyum-senyum sendiri, pikirannya bersuara, "kalo dilihat-lihat jasmine cantik juga, lucu dan sepertinya baik, tapi .... Ah sudahlah ...."
Bersambung ...
- Episode 2 - "Hasrat"

1 komentar:

Gua bakal Seneng banget Klo Lu,
Meninggalkan Jejak Komentar Disini :)