“Halte, Hentian Cintaku” - Episode 7 [END] – "Hisab"
by.Shamy& Irfan
-----------------------------------------------
HISAB
-----------------------------------------------
Sekitar dua jam perjalanan dari Bandung, akhirnya mereka bisa menyusuri Jakarta Selatan mencari alamat Butik tempat Aisyah memesan pakaian pengantinnya.
“Nah! Yang ini! Ini butiknya, ayo ke sana!” pekik Aisyah antusias, hampir setengah jam berputar-putar akhirnya ketemu juga.
"Yakin yang ini, Syah?" tanya Irfan memastikan.
“Yakin, ini aku liat dari websitenya.” Aisyah menunjukan halaman situs butik dari smartphonenya kepada Irfan.
“Oh, oke.” Irfan melihat sekilas untuk memastikan, lalu memarkirkan mobilnya di sekitar pelataran butik.
"Huh, katanya sanggup selesai dalam tiga hari, kok masih bisa cacat sih!" keluh seorang wanita saat menuju mobilnya.
“Sudahlah, sayang! Besok kita lihat, apa mereka bisa memperbaikinya,” timpal seorang pria bersama wanita tadi. Lalu keduanya masuk ke dalam mobil.
Saat itu, Aisyah dan Irfan sempat mendengar keluhan mereka. Sepasang calon pengantin itu parkir tepat di samping mobil Irfan. Aisyah turut membantu Irfan berjalan dengan menggandeng tangannya, saat mendengar obrolan dua orang tadi dia langsung memandang ke arah Irfan.
“Kamu berpikir seperti yang kupikirkan?” tanya Irfan.
“Begitulah, tapi kita lihat saja dulu hasilnya, kita belum tahukan? Ayo masuk dulu, deh!”
“Iya, aku sih ngikut aja, cuma nganter doang. Lucky sudah tau kamu memesan di sini?” tanya Irfan sambil berjalan menuju pintu masuk butik.
“Lucky udah tau, tapi dia lagi sibuk, padahal dia lagi Jakarta sekarang. Makasih banget, Fan! Kamu mau nganterin.”
“Nggak masalah, lu juga sudah sering bantu gue.” Irfan kemudian memperhatikan, tulisan yang terpasang di tembok atas toko, tepat berada di atas pintu masuk butik. “The Jas'Fan Boutique and Collection, namanya unik, Syah!" ujar Irfan. Kemudian ia memandang display kaca di depan toko, ada sepasang manekin menggunakan pakaian penganting. Hal yang menarik mata Irfan karena ada konsep unik dimana biasanya sepasang pengantin itu di berikan latar taman bunga atau tempat-tempat indah, namun berbeda dengan butik ini, mereka malah menaruh kedua patung dengan berlatar di sebuah halte bis.
“Iya, ini lebih unik, Fan, Love never know where ....” sahut Aisyah sok tahu memetik ide konsepnya.
“Hahaha ... iya kali, Syah.” Pikiran Irfan malah teringat pada saat bertemu Jasmine di halte itu. Dalam hati, "eh, jas itu?" Irfan berfikir sejenak. "Jas itu mirip seperti yang pernah Jasmine desain.”
"Heh! Malah bengong lagi!" Aisyah sedikit menyikut Irfan, “Ayo, kita masuk!”
Tiba-tiba saja jantung Irfan berdegup, perasaannya tidak karuan. Kakinya perlahan melangkah masuk. Aisyah melihat seorang karyawati butik datang menghampiri mereka.
“Selamat datang, ada yang bisa kami bantu?” sapa karyawati tersebut.
"Maaf Mba, saya ingin melakukan fiting di sini, tapi sebelumnya saya sudah memesan satu set gown dan jas via online. Calon suami saya juga sudah membayar uang sewanya, atas nama Lucky Kurniawan," jelas Aisyah.
“Oh gitu, baik, sebelumnya boleh saya tahu kode pakaian yang sudah bu Aisyah pilih?”
“Oh, iya, ini kodenya.” Aisyah memperlihatkan gambar pakaian dengan kode tertentu dari website tersebut melalui ponselnya. Kemudian, karyawati itu mencatat kode tersebut. “Oke, tadi transaksi atas nama Pak Lucky Kurniawan, baik mba tunggu sebentar, nanti kami cek datanya.” Kemudian karyawati itu, menuju ke bagian kasir untuk mencocokan data yang mereka terima.
Di meja kasir, karyawati tersebut malah terjadi sedikit perdebatan dengan adminnya.
“Mba Susan, tapi kode pakaian itu untuk gown-wedding peragaan di JFW nanti,” jelas si admin kasir.
“Oh, jadi gaun itu masuk list Jakarta Fashion Week? Terus bagaimana ini, Ibu tadi sudah memesan dan membayar uang sewanya,” sahut Karyawati tadi yang nampak kebingungan.
“Lah, gimana dong? Bu Jasmine sudah memilih gown itu tadi malam buat di-endorse ke sana. Ya udah fitting aja yang lain, kan banyak gaun lain.”
“Ya udah deh, nanti aku jelasin ke ibu itu.”
“Issshhh ... ada apa ini ribut-ribut? Itu ada pelanggan nunggu di depan, gak dilayanin?” Jasmine muncul menegur mereka berdua.
“Eh, Bu Jasmine, Eum gini, Ibu yang di depan itu sudah Fitting Online sepasang baju pengantin, tapi gown yang dipilih masuk list busana untuk peragaan di JFW?”
“Terus? Ya sudah, tinggal bilang saja gaun yang di pesan itu sudah di-endorse untuk model di JFW, kamu carikan lagi gown lain!” Tukas Jasmine.
“Masalahnya, Bu Jasmine, dia sudah membayar uang sewa untuk sepasang baju pengantin itu.”
“Hemm, ya sudah, biar saya yang tangani.” Jasmine berjalan menghampiri sepasang calon pengantin yang sedang menunggu di depan.
Sedangkan diruang tunggu, Irfan dan Aisyah tengah duduk sofa pelanggan, berada di dekat dashboard butik. Dari situ bisa terlihat manekin-manekin berdiri terpajang rapi menghadap keluar. Namun, mereka berdua mulai bosan menunggu karyawati itu mengambilkan pesanan Aisyah.
“Kok lama sekali ya, Fan?”
“Iya benar, tadi pegawai itu bilang tunggu sebentar saja, tapi ini udah setengah jam,” jawab Irfan sambil melirik jam tangannya.
“Maaf, Mba dan Masnya, sudah membuat kalian menung ... gu,” Jasmine datang dan memelankan suara karena terkejut melihat kedua orang yang menunggu itu.
Irfan dan Aisyah menoleh, “Jasmine?” Mereka serentak kaget.
Suasana kemudian terhening, membeku. “Hai, apa kabar? Lama tak ketemu ya,” sapa Jasmine memulai mencairkan suasana.
“Hai, baik Jas! Bagaimana dengan kamu?” kata Irfan.
Aisyah menyambung, “alhamdulilah, jadi butik ini milikmu, Jasmine? Hebat!”
“Well, seperti yang kalian lihat. Iya, Syah! Aku merintis butik ini sejak tiga tahun yang lalu,” ucap Jasmine dengan riang, sambil ikut duduk di sofa tunggu menghadapi mereka berdua. Jasmine mencoba profesional lalu melayani keduanya.
“Oh, jadi kalian mau menikah? Syukurlah, senang aku melihatnya. Tapi maaf Aisyah, gaun yang kamu pesan itu tidak bisa diambil dulu, soalnya sudah kami sponsorkan untuk event peragaan busana.” Jasmine terus berbicara dengan wajah riang seperti dahulu, meski dalam hati seakan dadanya tertusuk jarum panas melihat mereka yang akhirnya akan bersatu di pelaminan.
Aisyah dan Irfan saling pandang sebentar, "Tidak, Jasmine!" ucap Aisyah.
“Tidak? Oh ya! Tenang saja, aku sudah siapkan sepasang pakaian pengantin untuk gantinya, lihat ke display itu, ukurannya akan cocok dan bagus buat kamu saat menikah nanti. Dan itu, Free buat kalian!”
Mereka berdua nampak bingung melihat Jasmine, dia masih seperti yang dulu selalu tampak riang dan repot sendiri sebelum mendengar penjelasn orang lain.
“Kalian? Bukan aku, tapi Aisyah!” jelas Irfan.
“Hah? Apa maksudnya?” Jasmine mengernyitkan dahi, bingung.
"Iya, saya saja, Mine," ucap Aisyah.
"Kamu Syah? Lalu Irfan?" tanya Jasmine heran.
"Irfan hanya menemaniku ke mari, yang akan menikah hanya aku dan Lucky, calon suamiku bukan dengan Irfan,” jelas Aisyah. “Bisa kita bicara sebentar di ruangan lain.”
Jasmine terdiam dan lalu mengagguk pelan. “Ikuti aku!” Saat mereka telah berada di ruang kerja Jasmine. Aisyah menceritakan semuanya.
"Jasmine, maafkan aku atas apa yang pernah kukatakan dulu, karena aku kau menjauhi Irfan dan sempat menjaga jarak dengannya. Karena aku juga Irfan menderita, ketika di halte kamu bersama kekasihmu, dan Irfan mengalami ...."
Irfan memotong pembicaraan, "Aisyah cukup!"
"Jasmine harus tau, Fan!" Aisyah menaikan nada bicaranya, dengan mata berair.
"Tidak sudah cukup, jangan bicara lagi!"
Aisyah berteriak pada Irfan. "Sudahlah Fan! Kamu masih suka kan sama Jasmine? Kamu masih ada rasakan padanya?” Lalu mulai menurunkan suara. “Aku tahu semua itu, Fan," Air matanya mulai menetes. “Irfan kecelakaan, lalu lumpuh berbulan-bulan semasa pemulihan dia tidak pernah menghubungimu, karena tahu kamu sudah memiliki kekasih ....”
Butiran kesedihan Jasmine mulai berjatuhan, tetes demi tetes. Mendengar setiap penjelasan dari mulut Aisyah. Irfan hanya tertunduk malu, dia tidak berani memandang wajah Jasmine. Tidak berani menghentikan air mata di wajah si pujaan hati karena bukan haknya melakukan itu. Jasmine bersedih mendengar kesulitan yang dilalui Irfan, terutama saat mengetahui ia kehilangan kaki kirinya. Kecelakaan disebabkan karena Irfan berusaha mengejar dirinya.
Irfan merasa seperti orang bodoh, saat melihat Jasmine bersedih. Aisyah membuat dirinya malu, karena mengatakan semua. Irfan merasa itu tidak ada gunanya, Jasmine mungkin sudah memiliki suami dan tidak mau harus ia jadi menyesali itu. Lalu Irfan langsung bangkit, dan berjalan menuju pintu untuk keluar dari sana. Namun, langkahnya terhenti saat melihat sebuah pigura besar di atas pintu, potret Jasmine bersama keluarganya dengan pakaian serupa. Dan ada pria itu di sana.
“Dia?” Menunjuk pria yang tidak asing di matanya.
Kemudian Jasmine berlari dan memeluk Irfan dari belakang, membawa air mata yang membasahi punggung Irfan.
“Iya, lelaki itu kakakku, Fan!” ucapannya terhenti karena isak tangis, “maaf, maafkan aku! Aku tidak tahu jika kamu kecelakaan. Maaf, aku menipumu dengan menggandeng dia. Maaf, karena aku membohongi rasa ini dan meninggalkanmu.”
Irfan diam sejenak, “Tidak, tak perlu minta maaf, Jas!” Irfan melepaskan tangan Jasmine yang melingkar pada perutnya. Lalu berbalik badan, dia menghapus air mata Jasmine dan dengan lembut mengecup keningnya. “Aku mencintaimu ....” Kalimat paling indah seperti hembusan angin syurga itu, keluar dari mulut Irfan, membuat perasaan Jasmine lebih tenang. Bak telaga kalbu yang bergolak panas karena luapan emosi berangsur menyejukan hati, hanya oleh sebutir air cinta menetes di atasnya.
Setelah haru biru mereda, Jasmine menjelaskan siapa itu Shamy. Lelaki di poto itu tak lain adalah kakak kandungnya sendiri. Untuk membuktikan itu bukan sekedar poto keluarga saja, Jasmine hendak menelpon kakak laki-lakinya, namun Irfan bilang itu tidak perlu. Dia percaya. Akhirnya Jasmine menemukan kesamaan kisah cintanya seperti novel itu, meskipun berkorban penantian, dan kesabaran. Meski dengan jalan kisah berbeda, dia mampu menemukan Happy Ending yang bermakna.
---------------
EXTENDED
---------------
Aisyah menerima gaun yang berada pada display butik Jasmine dengan cuma-cuma.
“Jas’Fan, pasti itu di ambil dari nama kalian berdua ya?” tanya Aisyah.
“Hahaha .... iya, Jasmine dan Irfan. Tuh Fan! Itu karena gue saking kangennya sama elu,”
“Haih, berarti kamu harus bayar royalti, dua tahun pakai nama gue yang hoki ini, hahaha.”
“Ishhh ... apa pula, itu aku bayar pake Tuxedo, jas itu mahal tau, hehe”
“Iya, oke! Tapi lu harus bikin, gaun lagi, buat pasangan jas itu.”
“Kenapa?” tanya Jasmine tersenyum.
“Untuk dipakai di hari resepsi pernikahan kita, hehehe. Menikahlah dengan aku Jasmine.”
“Aisyah, boleh aku jawab iya?” tanya Jasmine pada Aisyah.
“Kok tanya aku? Ya, sudah anggap aja iya, Fan! hahaha”
“Aku sih, yes!” kata Jasmine. Dia mengantar, Irfan dan Aisyah ke mobil dan dirinya berjanji akan datang ke pernikahan Aisyah. Dan Jasmine akan menagih janji Irfan untuk kembali ke Jakarta untuk meminangnya.
TAMAT.